RELAKTASI, KENAPA TIDAK?

Ada banyak penyebab mengapa ASI tidak lancar atau bahkan tidak keluar sama sekali. Di antaranya adalah karena kurangnya asupan makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui, stress yang melanda ibu, masalah hormonal, bayi yang bingung puting, penyakit yang diderita, obat-obatan tertentu yang dikonsumsi, perokok yang aktif, dan lain sebagainya. ASI yang tidak lancar ini membuat para ibu akhirnya beralih ke susu formula, dan akhirnya berhenti menyusui sama sekali.

Padahal, meski ASI kurang atau tidak lancar karena berbagai hal tadi, para ibu tetap selalu disarankan untuk memberikan ASI untuk buah hatinya. Lebih baik ada ASI sedikit daripada tidak sama sekali. Karena masih ada cara lain untuk kembali melancarkan ASI yang sudah kering atau berhenti. Cara ini sering disebut dengan relaktasi.

Relaktasi adalah pemberian ASI kembali terhadap bayi yang sama setelah beberapa waktu berhenti disusui karena beberapa alasan. Atau bahasa singkatnya, relaktasi itu artinya menyusui kembali setelah lama tidak menyusui.

Proses relaktasi ini pun sifatnya subyektif, alias bergantung pada masing-masing kondisi ibu dan bayinya. Jika dulu sebelum terhenti menyusui ASI seorang ibu lancar, maka insya Allah untuk relaktasinya juga lebih mudah. Meski bagi yang sebelumnya ASI tidak banyak, tidak ada salahnya mencoba relaktasi. Karena sistem produksi ASI di payudara ibu adalah sesering mungkin ASI diberikan pada bayi atau diperah, maka akan semakin banyak pula ASI yang diproduksi.

Kemudian, yang juga harus diperhatikan adalah jarak berhentinya bayi minum ASI. Semakin dekat jaraknya, akan semakin mudah. Karena bila bayi sudah terlanjur besar dan sudah terlanjur nyaman dengan dot atau botol susu, akan susah baginya untuk menyusu langsung dari payudara ibu.

Saat ingin relaktasi pun, ibu harus benar-benar mengusahakannya sambil meminta dukungan dari orang-orang terdekat, seperti suami misalnya. Kondisi ibu harus tenang, nyaman, dan relaks. Jangan pikirkan berapa banyak ASI yang akan didapat, tapi tetapkan hati bahwa ini adalah usaha Anda dalam memberikan ASI untuk si buah hati. Jangan mudah menyerah dan putus asa, tidak perlu merasa bersalah jika ASI yang keluar masih sedikit. Sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali.

Relaktasi bisa dilakukan dengan bantuan alat yang disebut suplementer. Masih belum banyak yang menjual alat suplementer menyusui ini. Terakhir dalam pantauan kami, harganya di atas 400.000 IDR untuk merk tertentu seperti Medela dan Lactaid. Untuk 2 merk breastfeeding suplementer ini setahu saya available di Australia, tapi semoga sudah masuk juga di Indonesia. Namun, kita juga bisa membuat alat semacam ini dengan harga yang jauh lebih murah.

Suplementer menyusui ini adalah alat yang disambungkan dari botol susu atau cangkir melalui slang kecil dan digunakan untuk membantu menyusui bayi pada ibu yang produksi ASI-nya kurang. Sehingga dengan bantuan alat ini, bayi tetap bisa dari menghisap payudara ibu dan payudara ibu pun dapat terangsang untuk memproduksi ASI kembali.

Cara membuat suplementer menyusui sendiri :

  • Beli slang NGT atau atau feeding tube dengan ukuran paling kecil. Jangan besar-besar karena nanti bayi bisa tersedak, ya. Slang ini bisa diperoleh di apotik, kalau di sini saya nemunya di apotik yang menjual alat-alat kedokteran juga.
  • Sambungkan selang tadi dengan botol susu atau cangkir atau alat suntikan yang dibuang jarum suntiknya. Kemudian ujungnya yang satu ditempelkan di ujung puting payudara ibu. Kalau menggunakan cangkir, mungkin tekanannya agak kurang. Jadi harus diangkat dulu ke atas agar susunya turun dulu melalui slang.

Suplementer ini juga bisa membantu untuk merangsang keluarnya ASI pada ibu yang mengadopsi anak. Sehingga ibu yang mengadopsi bisa menyusui bayi adopsinya sendiri. Cara ini sudah ada beberapa dokter yang mempraktekkan dan nampaknya cukup berhasil meski ada faktor-faktor penentu yang dapat mempengaruhinya juga. Dan jika Anda ingin menggunakan cara ini, tak ada salahnya untuk berkonsultasi pada konsultan laktasi Anda.

 

About bunda 566 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.