5 RAHASIA UNTUK HIDUP LEBIH BAHAGIA

Angka perceraian di Indonesia selama kurun waktu tahun 2005 hingga tahun 2010 mengalami peningkatan sebanyak 70%, demikian statistik yang dicatat oleh Badan Urusan Peradilan Agama di Mahkamah Agung. Bahkan, di Amerika, statistik menunjukkan bahwa 50% kehidupan pernikahan berakhir dengan perceraian. Apa yang salah? Benarkah kehidupan pernikahan yang “happily ever after” (bahagia selamanya) hanya ada dalam kisah-kisah romantis seperti Harlequins, Cinderella, dan Snow White? Apakah mereka yang bisa hidup bahagia hingga usia tua bersama dengan pasangannya adalah mereka yang “terpilih” dan “terberkati”?

Well, cinta itu bukanlah sebuah hadiah, tapi sesuatu yang membutuhkan usaha untuk menjaganya!

“Kita terlahir dengan kemampuan untuk memiliki kehidupan pernikahan yang bahagia, tapi kita tetap harus berusaha untuk mengembangkannya,” ujar Howard Markham, PhD seorang Asisten Direktur di Pusat Studi Pernikahan dan Keluarga di Universitas Denver. “Memiliki pernikahan yang baik itu membutuhkan pendidikan. Kita harus belajar untuk menghilangkan keburukan yang ada dalam diri kita dan pasangan kita, dan mengambil kebaikan di dalamnya.” tandas Markham.

Ya, tidak dipungkiri, dalam kehidupan pernikahan pastilah mengalami pasang surut. Bohong bila tidak ada pernikahan yang tidak mengalami pertengkaran. Namun, pertengkaran pasangan bukanlah suatu hal yang lantas dengan mudahnya membuat kita mengakhiri pernikahan, melainkan menjadikan pertengkaran itu sebagai masa untuk melatih kekuatan kita untuk tidak menyerah dalam mencapai kebahagiaan.

Berikut ini ada 5 rahasia yang diungkapkan oleh para pasangan senior, yang telah dengan bijaksana melewati semuanya demi kehidupan pernikahan yang lebih bahagia :

1. Dengarkan pasangan Anda. 

“Semua orang memiliki kebutuhan untuk didengarkan dan dipahami sepenuhnya,” kata Jack Rosenblum, PhD, asisten penulis Lima Rahasia Pernikahan dari Hati. Anda perlu membuat pasangan Anda merasa didengar, bahkan jika itu berarti harus menyingkirkan kecemasan Anda atau menawarkan nasihat ketika pasangan Anda berbicara. Kadang-kadang “mirroring” atau hanya mengulangi apa yang pasangan Anda katakan, sudah cukup untuk membiarkan dia tahu bahwa Anda sudah mendengarkannya. Misalnya, mengatakan sesuatu seperti, “Aku mengerti kau marah karena aku tidak mengambil sampah.” Atau “Saya mendengar bahwa Anda ingin berbicara tentang apa yang terjadi di kantor hari ini.” Memberikan bukti bahwa Anda memperhatikan kekhawatiran pasangan Anda.

2. Miliki waktu khusus berdua saja. 

Di awal-awal pernikahan, semuanya serba berdua. Anda dan pasangan Anda tampak mesra dan romantis, hingga membuat orang lain iri. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, Anda maupun pasangan Anda tersibukkan oleh rutinitas, anak-anak, pekerjaan, permasalahan, hingga akhirnya mengikis kesempatan Anda untuk memiliki waktu berdua saja dengan pasangan. Bahkan untuk masalah ranjang pun, bisa jadi hanya terjadi secara kilat. Tanpa memberikan Anda berdua kesenangan yang lebih untuk saling menikmati seperti dahulu. Nah, cobalah untuk meluangkan waktu khusus untuk Anda berdua. Ini penting, bahkan bila perlu, Anda mengatakan pada anak-anak Anda bahwa ini adalah “waktu mama-papa”. Makan malam romantis, bersepeda berdua, atau menginap di cottage sambil menikmati sunset. Anda bisa mengaturnya kok, secara fleksibel. Misalnya, dengan menitipkan anak-anak satu malam saja pada orangtua atau kerabat Anda. Atau boleh saja bila mereka sudah besar dan bisa dipasrahkan tanggungjawab. Atau, bila masalah keuangan menjadi kendala, cukup menghabiskan sore bersama di taman kota berdua saja sambil bercengkrama, itu sudah cukup berarti.

3. Jangan saling menyalahkan

Anda dan pasangan Anda tentu tidak akan selalu setuju dalam segala hal. Pasti ada saat-saat dimana Anda memiliki pendapat yang berseberangan dengan pasangan Anda. Namun saling menyalahkan, menghina, mengatakan “kamu bodoh” dan umpatan-umpatan kasar bukanlah hal yang bijak dilakukan. Ungkapkan ketidaksetujuan Anda atas pendapat pasangan Anda dengan cara yang lebih baik. Misalnya, “Sepertinya aku memiliki pendapat yang sedikit berbeda denganmu. Bagaimana kalau begini…? Apa menurutmu ini layak dipertimbangkan?”. Dan bila nampaknya Anda berdua berada dalam posisi sama-sama sedang high voltage, segera berlakukan time out. Hentikan sementara sampai Anda berdua bisa berbicara kembali dengan kepala dingin.

4. Munculkan kembali kehangatan Anda. 

Bertahun-tahun menjalani kehidupan pernikahan tentu Anda membutuhkan lonjakan-lonjakan untuk membuat jantung Anda tetap berdetak untuk pasangan Anda. Boleh dikatakan, pada masanya, mungkin seks bukan lagi sesuatu yang bisa meletup-letup seperti saat awal-awal menikah dahulu. Tapi, itu tetap kebutuhan, lho. Bagi wanita, memiliki beberapa anak bukan berarti boleh membiarkan gelambir-gelambir di perut atau keriput-keriput halus “menghiasi” wajah kita. Sering di dapur untuk memasak bukan berarti tubuh kita boleh berbau bawang setiap saat. Bagaimanapun, menjadi istri haruslah bisa menjadi mutiara yang indah di mata suami. Jaga kecantikan dan tubuh Anda. Lakukan perawatan, meski tidak harus ke salon atau spa mahal, Anda tetap bisa menjaga diri untuk tidak bau atau terlampau gemuk untuk suami Anda. Bagi pria pun juga demikian. Menjadi tetap kuat dan fit di mata istri juga merupakan keharusan. Jangan hanya menuntut istri untuk bisa selalu tampil cantik, tapi Anda malah membiarkan diri Anda tanpa perawatan. Perut gendut, nafas tak segar, mudah loyo…duh, jangan sampai! Segera buat janji dengan pelatih renang atau pelatih tifan Anda. Lakukan kembali rutinitas olahraga Anda, atau minimal lari setiap pagi. Kemudian, kenanglah masa-masa indah pengantin baru Anda. Ingat bahwa betapa dulu Anda menginginkannya bersama Anda. Dan kemudian…nyalakan kembali api cinta itu.

5. Ungkapkan apa yang Anda inginkan dengan baik.

Umumnya, para pria sering kali cuek dengan apa yang diinginkan istrinya. Bagi pria, mungkin membelikan rumah, memberikan uang belanja, itu sudah cukup sampai disitu. Padahal, terkadang wanita memiliki harapan lain dari suaminya. Setangkai bunga, misalnya? Hmm…daripada harus menunggu, kenapa tidak mencoba memintanya saja?

Anda bisa mengatakan pada suami Anda, “wah…sepertinya saya sedang ingin diberi bunga oleh lelaki yang paling saya cintai,” atau yang semisal dengan itu. Dan jika suami Anda adalah seorang pelupa akut, sabarkan diri Anda, dan bila Anda memiliki waktu untuk pergi berdua, tariklah ia sampai ke toko bunga, pilih bunga yang Anda inginkan, dan minta ia membayarnya untuk Anda. Setelah itu, berikan ia senyuman paling manis dan ungkapkan terimakasi Anda. Saya yakin, suami Anda akan tersipu-sipu dan lain kali, ia akan membelikannya sendiri untuk Anda.

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.