MENGAJARKAN ETIKA BERINTERNET PADA ANAK

Jaman sudah semakin maju, teknologi semakin berkembang pesat. Bila dulu, kita (yang saat ini sudah menjadi orangtua) di masa kecil belum mengenal apa itu gadget, social media, kita bermain dengan permainan-permainan “nyata” bersama dengan teman-teman sebaya. Kita lebih banyak menghabiskan waktu bermain kita dengan permainan-permainan yang mengasah fisik dan motorik, serta kemampuan sosialisasi kita. Bersepeda, main layangan, main bola, main masak-masakan dan rumah-rumahan contohnya. Kita belum teralihkan dengan permainan-permainan dalam gadget, kita juga belum teralihkan dengan chatting atau sibuk posting di media sosial.

Tapi, kini, sudah bukan hal yang aneh bila anak-anak kecil duduk diam “anteng” memegang gadget masing-masing. Bahkan balita! Yang menginjak remaja, mereka asyik kasak-kusuk sendiri di depan laptop, asyik chat dan memposting status serta komentar baru.

Tidak bisa dipungkiri, di jaman yang sudah semakin canggih ini -atau kita bisa menyebutnya sebagai era digital- semua beranjak menuju digitalisasi. Belajar online, ujian online, diskusi online, semuanya serba online. Anak-anak, terutama mereka yang sudah berusia sekolah, mau tak mau harus mengakrabkan diri dengan perangkat elektronik masing-masing. Bila dulu kita masih mencatat pelajaran dengan menulis tangan di buku catatan, kini perlahan buku catatan tergeser oleh aplikasi Word atau Notes di laptop. Bila dulu perpustakaan selalu penuh dengan murid yang rajin meminjam dan membaca buku, kini banyak buku mudah ditemukan dalam bentuk digitalnya.

Teknologi (khususnya dalam bahasan ini adalah internet) adalah kebutuhan. Namun, tetap ada etika yang harus senantiasa dijaga. Dan etika berinternet inilah yang harus kita jaga dan kita ajarkan pada anak-anak kita.

  1. Tahu batasan waktu, kapan saja mereka boleh menggunakan internet. Bila perlu, buat aturan dan kesepakatan bersama mengenai hal ini. Termasuk, jangan gunakan jaringan wi-fi di rumah. Jika mereka membutuhkan akses internet, gunakan jaringan yang terpasang di line ruang kerja atau ruang belajar. Hal ini untuk menjaga agar anak-anak tidak sembarangan membuka website yang tidak layak anak.
  2. Tidak sembarangan mengunggah status di sosial media.
  3. Senantiasa menjaga sopan santun dan berkata-kata yang baik.
  4. Tidak menggunakan “caps lock” atau huruf kapital semua saat menulis status atau komentar, karena hal tersebut bisa diartikan sebagai teriakan.
  5. Memposting foto atau gambar yang layak, tidak sembarangan apalagi bila bermuatan penghinaan atau pelecehan, gambar pornografi, dan yang tidak sopan lainnya.
  6. Baca kembali, atau minta orangtua mengecek ulang sebelum memposting sesuatu.
  7. Tidak memberikan informasi pribadi secara mendetail di sosial media atau pada orang yang tidak dikenal.

Sebagai orangtua, kita berhak memberikan batasan dan berhak (bahkan wajib) mengetahui apa saja yang dilakukan anak ketika menggunakan internet. Bila perlu, wajib tahu password yang mereka gunakan. Hal ini untuk menjaga dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kita bisa memantau secara berkala, tidak masalah jika kita “urun” pendapat tentang hal-hal yang mereka posting. Termasuk dengan sesiapa saja mereka berteman.

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.