MENJADI WASIT PERTENGKARAN ANAK

Dalam dunia anak-anak, bertengkar itu biasa. Selama pertengkaran itu masih bisa dianggap aman atau sebatas kewajaran, orangtua tidak perlu kuatir. Tapi, mendapati pertengkaran jika terjadi hampir setiap hari, tentu sangat melelahkan. Biasanya, ibu harus menjadi wasit yang senantiasa sigap untuk melerai pertengkaran anak-anaknya, agar tidak berlanjut.

Sering kali pula, kita menjumpai harus berkutat dengan perang argumen antar anak yang tiada habisnya. Alangkah senangnya jika  bisa menghentikan pertengkaran itu, dan anak-anak kembali rujuk. Tapi, kalau salah satu sudah mulai keras kepala, wow…ini yang cukup berat. Apalagi kalau ada statement : “Bunda pilih kasih” atau “Bunda lebih sayang sama kakak daripada sama aku”, dsb.

Bagaimana menyiasatinya?

1. Harus pintar-pintar membedakan, mana gangguan yang mengkhawatirkan, dan mana yang hanya bercandaan alias saling mengusili. Ada type anak yang dia suka usil dan mengganggu saudaranya. Sering kali ia melakukan hal tersebut untuk sekedar menggoda, saja. Nah, kitalah yang harus pintar-pintar membedakan hal ini.

2. Menjaga telinga agar tetap terbuka. Jika Anda memutuskan untuk tidak terlibat dalam pertengkaran kecil mereka, tetaplah waspada, dan biarkan telinga Anda tetap terjaga. Jika Anda sudah mendengar sinyal bahwa pertengkaran mulai serius dan mengganggu, segera ambil tindakan.

3. Jadilah moderator. Ketika anak-anak sulit dihentikan saat bertengkar dan adu mulut, segera dudukkan mereka, dan Anda berada di tengah mereka. Berperanlah sebagai moderator, dan berikan mereka giliran untuk berbicara dengan bahasa yang lebih baik. Disini ada aturannya, misalnya, ketika berbicara harus dengan bahasa yang baik, tidak boleh saling menyela, dsb. Ketika ada yang melanggar aturan ini, silakan beri tindakan sesuai dengan kebijakan Anda. Misalnya, ia harus diam di kamar sampai mampu bicara dengan sopan, dsb.

4. Alihkan perhatian yang lebih kecil. Biasanya, anak-anak kecil sangat mudah dialihkan perhatiannya. Kalau mereka sudah bertengkar dan saling berebut, cukup mudah mengalihkan fokus. Misalnya, menyetelkan video dan menonton bersama dapat membuat mereka lupa akan pertengkaran yang baru terjadi tadi.

5. Arahkan anak yang lebih tua untuk menghargai adiknya. Kalau anak yang lebih tua menang-menangan, itu sifat yang wajar ada. Mereka biasanya merasa lebih tahu dan lebih hebat daripada adiknya. Nah, untuk itulah, kita perlu mengarahkannya untuk mau menghargai pemikiran adiknya yang belum tahu apa-apa dan masih  polos. Arahkan pula untuk tidak membalas setiap kengeyelan adiknya.

6. Ajarkan setiap anak untuk menjadi pendengar yang baik dan penjawab yang baik. Nilai kesopanan adalah pilar utama terjalinnya komunikasi yang baik. Ajarkan pada setiap anak untuk belajar mendengarkan jika ada orang lain berbicara, tanpa membantahnya terlebih dahulu. Kemudian, jika orang lain sudah selesai bicara, barulah kita berbicara, dengan bahasa yang sopan.

Bagaimana menurut Anda?

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.