EFEK NEGATIF DARI HYPER PARENTING (ORANGTUA YANG MEMAKSAKAN KEHENDAK PADA ANAK)

Setiap orangtua tentu menginginkan hal-hal yang terbaik untuk anak-anak mereka. Orangtua pasti ingin anak-anak mereka semua sukses di dunia dan di akhirat. Mereka ingin anak-anak-anak mereka semua dapat hidup bahagia, punya karir mantap, penghasilan yang lebih dari cukup, perilaku yang baik dan menyenangkan, dan lain sebagainya.

Sayangnya, tidak semua orangtua memahami bahwa masing-masing anak memiliki kepribadian, karakter, bahkan juga impian dan cita-cita. Sering kali kita sebagai orangtua memaksakan kehendak kita kepada anak-anak tanpa menimbang kemampuan, kesiapan, dan perasaan anak-anak dengan dalih karena kita ingin anak-anak kita mendapatkan yang terbaik untuk kehidupan mereka.

Kita tidak boleh menjadi orangtua yang hyper parenting, yaitu orangtua yang memaksakan kehendaknya kepada anak-anak mereka untuk mewujudkan keinginan kita sebagai orangtua. Bahkan meski itu untuk tujuan mengembangkan kemampuan dan mewujudkan kehidupan yang baik bagi mereka.

Tidak bisa dipungkiri juga, bahwa orangtua yang menerapkan pola asuh demikian (hyper parenting) biasanya mengalami masa kecil yang hampir sama. Atau, biasanya juga terjadi pada orangtua yang merasa tidak puas dengan karir atau segala hal yang mereka peroleh, sehingga mereka melampiaskannya pada anak-anak mereka.

Sebenarnya, wajar saja jika orangtua berharap anak-anak mereka dapat mewujudkan keinginan mereka. Tapi, kita pun perlu tahu bahwa memaksakan kehendak bukanlah jalan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah. Ada dampak yang bisa menjadi sangat fatal bagi anak-anak, yaitu dapat menghambat pertumbuhannya, juga dapat menimbulkan kemarahan yang berlebihan dikarenakan anak-anak merasa tidak memiliki kebebasan untuk memilih atau melakukan keinginannya sendiri.

Padahal, pada dasarnya, setiap anak-anak memiliki jiwa yang bebas dan ingin bebas. Anak-anak juga dapat berkembang dengan baik karena mereka memiliki kebebasan untuk bereksplorasi, berpendapat, juga merasa bahagia. Proses ini harus mereka lalui dalam kehidupan mereka, agar mereka dapat memaksimalkan potensi mereka, juga mengasah kecerdasan mereka dalam masa tumbuh kembang.

Bagaimana jika kita menggunakan alasan “takut jika anak-anak terjerumus pada hal-hal maksiat yang mendatangkan murka Allah”?

Bahkan meski demikian, kita tidak bisa memaksakan kehendak kita secara brutal (baca : mutlak). Harus ada proses untuk memberikan pengertian dan pemahaman, kemudian memberikan opsi-opsi dan jabaran konsekuensi yang harus mereka terima. Sebijak mungkin, jangan sampai kita menjadi orangtua yang hyper parenting. Karena sesuatu yang baik, harus disampaikan dengan cara yang baik pula, agar hasilnya pun baik.

Berikut ini adalah beberapa ciri dari orangtua yang hyper parenting :

  • Sering merasa cemas secara berlebihan tentang anak-anak mereka
  • Kebablasan dalam menjalankan kedisiplinan untuk anak-anak
  • Senang membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan yang lain, bahkan dengan anak orang lain
  • Menjadikan prestasi sebagai ukuran keberhasilan (anak didoktrin untuk selalu menjadi nomor satu) dengan mengesampingkan bahwa masing-masing anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda
  • Kecewa secara berlebihan jika melihat kegagalan anak-anak, bahkan tak jarang menyalahkan guru atas kegagalan tersebut
  • Tidak suka jika anak-anak mereka dikritik atau diberi masukan
  • Tidak suka jika anak-anak memiliki waktu “bebas” untuk bermain bersama kawan-kawannya atau melakukan hobi yang disukainya

Sedangkan dampak atau efek negatif yang dapat timbul karena orangtua senang memaksakan kehendak mereka pada anak-anak :

  1. Anak-anak menjadi pemarah, emosional, pemberontak, dan pendendam
  2. Mudah cemas dan memiliki kekhawatiran yang berlebihan
  3. Sering sakit (terutama sakit kepala)
  4. Kurang ekspresif, kurang bisa bergaul, dan malas berbicara
  5. Nampak tertekan, tidak bahagia, dan tidak bergairah
  6. Dapat mendorong anak untuk melakukan hal-hal menyimpang

 

 

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.