SI KECIL YANG PEMALU

Memiliki rasa malu itu pada dasarnya baik. Rasa malu membuat kita lebih bisa menjaga diri dari hal-hal yang buruk dan terlarang. Tapi, malu yang berlebihan ternyata juga tidak baik.

Orang tua seharusnya memahami satu kaidah penting: bahwa setiap anak lahir dengan kepribadiannya masing-masing. Ada anak pemberani, ada anak yang biasa-biasa saja, dan ada anak yang pemalu.

Nah, anak-anak pemalu biasanya mereka cenderung lebih tenang, penurut, dan tidak neko-neko. Itu sisi positifnya. Tapi, di sisi lain, mereka juga cenderung sulit untuk bergaul, sulit bersosialisasi, tertutup, pasif, dsb. Anak-anak pemalu biasanya lebih sering menempel pada orang tua mereka dan sangat bergantung.

Banyak orang tua yang merasa gemas dan tidak nyaman dengan anak-anak mereka yang pemalu. Saat di sekolah misalnya, orang tua tentu ingin anak-anaknya menjadi yang terdepan, yang terbaik. Tapi, anak-anak pemalu biasanya sulit untuk “unjuk gigi” dan memilih diam saja, sehingga sering kali dianggap tidak bisa apa-apa. Tentu saja ini menggemaskan. Bagaimana tidak? Jelas-jelas ia sebenarnya mampu, tapi ia tak mau menunjukkannya.

Lalu, bagaimana caranya agar anak-anak menjadi lebih percaya diri dan berani?

Jangan pernah menyebutnya “pemalu” di hadapannya. Anak-anak pemalu biasanya tahu bahwa mereka itu pemalu, pasif, tapi mereka tidak senang jika hal itu diberitahukan kepada mereka. Cara terbaik adalah menanyakan perasaan mereka saat mereka harus terlibat dalam sebuah interaksi sosial. Misalnya, “bagaimana perasaanmu waktu diminta berpuisi di depan kelas tadi?”.

Berikan kesempatan untuk menguasai situasi. Misalnya, kita bisa memintanya mengundang teman-teman dekatnya ke rumah untuk bermain atau belajar bersama. Atau sebaliknya, kita ajak ia bertamu ke rumah teman atau kerabat yang sekiranya ia akrab. Di satu kesempatan lain, biarkan ia memilih dan ijinkan ia untuk berada lebih lama untuk berinteraksi dengan orang-orang yang membuatnya merasa nyaman.

Tunjukkan kehangatan dan keramahan Anda. Anak-anak belajar dari apa yang mereka lihat dari kehidupan orang tua mereka. Jika Anda menunjukkan pada mereka bahwa Anda orang yang hangat, mudah bergaul, dan pintar berbicara di depan orang lain, maka anak-anak pemalu ini perlahan-lahan akan mengikuti dan mencoba sendiri.

Berbagi pengalaman. Biarkan anak-anak tahu bahwa Anda mengerti dan memahaminya. Anda boleh menceritakan hal-hal yang sekiranya bisa membangkitkan kepercayaan dirinya. Misalnya, ceritakan padanya bahwa dulu Anda pernah gugup saat diminta membaca puisi di depan kelas. Tapi, saat Anda mencoba untuk berani, ternyata Anda yang keluar sebagai pemenangnya.

Terus motivasi untuk berani mencoba hal-hal baru. Ketika Anda mendorongnya untuk mencoba banyak hal yang baru, berikan ia kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya terhadap hal-hal baru tersebut. Bantu ia untuk berani mengkomunikasikannya dengan Anda. Buat ia merasa aman untuk berbicara. Dengan begitu, lain waktu ia akan termotivasi untuk berani berbicara pada kesempatan yang lain tanpa merasa ada hal yang perlu ia takuti.

Jangan gugup ketika ia gugup. Anak-anak cepat menangkap sinyal kegugupan dan kekhawatiran Anda. Maka bersikap santai sajalah. Jika ia harus mencoba suatu hal yang baru, berikan ia senyuman yang menyemangatinya. Dengan demikian, rasa gugupnya akan berangsur mereda.

First published: 06/08/2010

Re-published: 10/03/2023

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.