CERITA PENGALAMAN MENURUNKAN BERAT BADAN 11 KILO!

Banyak yang bilang, saya lebih langsing sekarang. Iya benar, Alhamdulillah, saat ini saya berhasil menurunkan berat badan sekitar 11 kilogram dari berat badan saya sebelumnya. Meskipun belum ideal sebenarnya, karena saya ternyata memiliki kelebihan berat badan sekitar 15-16 kilogram dari batas yang disarankan. Jadi, saya masih punya “PR” untuk menurunkan sekitar 4-7 kilogram lagi.

Berat badan saya ketika belum melahirkan adalah 47 kilogram, dengan tinggi badan 154 cm. Setelah melahirkan si sulung, berat saya mencapai sekitar 55 kilogram, sampai kemudian saya bisa menurunkannya kembali ke angka 49-50 kilogram. Tapi, tidak lama kemudian saya hamil anak kedua, dan…berat badan saya terus melonjak sampai ke angka 67 kilogram.

Saya bukan tidak mencoba untuk menurunkan berat badan. Setelah si bungsu disapih, saya mencoba berbagai hal untuk menurunkan berat badan saya. Mulai dari ikut senam seminggu sekali (walaupun ini tidak intensif karena bawaannya malas), mengurangi makan nasi, juga mengkonsumsi aneka teh herbal pelangsing yang diklaim bisa menurunkan berat badan secara instan. Turun? Iya. Tapi setelah berhenti mengkonsumsi langsung naik lagi lebih banyak. Dan di badan rasanya juga tidak karuan. Mulai dari kulit kering, sakit kepala, sampai sembelit. Uncontrolled banget deh, pokoknya. Catatannya, semua usaha ini tanpa diimbangi dengan ilmu tapi gampang kemakan iklan. Maunya ya, seperti kebanyakan orang: langsing tapi malas olah raga dan tetap bisa makan enak, titik.

Kesadaran untuk benar-benar berubah itu ketika saya mulai sering sakit. Mulai dari sakit kepala, sakit di tulang dan persendian, sering sesak napas, kesulitan tidur, sering susah buang air besar, dan merasa cepat lelah. Tubuh yang kian melar juga mengurangi kepercayaan diri saya. Apalagi, ketika bertemu teman, selalu saja komentar yang sama yang saya dapatkan: “kok tambah gemuk aja?”. Rasanya tuh…duh…Nggak body shamming itu kayaknya susah banget bagi sebagian kita. Even sudah sering ikut kajian dan sering diingatkan ustadz untuk menjaga lisan dari menyakiti saudara.

Saya pun membulatkan tekad untuk hidup lebih sehat dan bisa kembali ke berat badan ideal. Saya mulai membaca dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang hidup sehat dan mencapai berat badan ideal. Dua hal yang saya tanamkan pada diri saya: jangan mau instan dan jangan mudah termakan iklan lagi, meskipun herbal.

1. Saya mengikuti beberapa video Yulia Baltschun yang ada di Youtube tentang melakukan diet yang benar. Teman-teman bisa mencari kanal Youtube Yulia Baltschun mengenai ini. Dari beberapa tips yang Yulia bagikan di kanal Youtube-nya, saya mendapatkan pencerahan bahwa memang saya harus membuang jauh-jauh untuk menjadi langsing dalam waktu singkat. Saya harus menentukan waktu program menurunkan berat badan yang akan saya lakukan. Minimal waktunya 3 bulan dan jangan percaya langsing instan.

Kemudian, saya juga tidak boleh melakukan tindakan yang ekstrim, melainkan perlu mengubah pola makan step by step. Tips lainnya yang Yulia bagikan adalah tentang memadukan diet dengan olah raga. Diet akan menjadi lebih stabil ketika dibarengi dengan olah raga. Dan disarankan untuk memilih olah raga yang menggunakan otot agar lebih mudah mempertahankan berat badan. Contoh olah raga yang disarankan Yulia adalah HIIT cardio. Yulia juga menyarankan untuk banyak membaca buku atau artikel tentang ilmu diet dan kesehatan. Tujuannya agar diet yang kita lakukan tidak sembarangan.

2. Mengikuti slimming program. Pengalaman mencoba menurunkan berat badan sendiri tanpa kontrol ternyata tidak berhasil pada saya. Saya butuh sesuatu yang terkontrol dan terpantau. Butuh ketegasan agar saya benar-benar bisa disiplin mengubah pola hidup saya yang tidak karuan ini. Maka ketika saya mencari berbagai informasi, saya menemukan ada program weightloss dari salah satu body care centre di Jogja.

Ada dua program dari slimming program ini, yaitu detoksifikasi dan weightloss. Detoksifikasi dilakukan untuk membersihkan tubuh dari zat-zat beracun sehingga dapat meningkatkan metabolisme tubuh dan fungsi optimal dari organ-organ tubuh. Selama 3 hari saya harus “puasa” dan hanya minum air jeruk lemon yang dicampur dengan sirup maple sebanyak 3 liter perhari dan beberapa kapsul suplemen. Selanjutnya di hari keempat saya melanjutkan dengan program weightloss untuk menghancurkan lemak yang bertumpuk dalam tubuh. Selama 30 hari selanjutnya saya harus minum air putih sebanyak 3 liter perhari, mengkonsumsi beberapa suplemen, dan pengaturan pola makan rendah kalori.

Proses mengatur pola makan rendah kalori ini benar-benar sangat berat bagi saya pada awalnya. Rasanya ingin menyerah. Apalagi, professional consultant sering mengingatkan untuk terus minum air putih dan menjaga pola makan. Saya yang sebelumnya makan suka-suka, harus benar-benar belajar menjaga pola makan ini, karena ada beberapa pantangan seperti minyak, margarin, gula, dan mayonais. Biasanya pagi hari perut sudah “dihajar” dengan nasi uduk, soto, gorengan, dan lain-lain, kini harus mengkonsumsi air putih hangat dan buah….buah…dan buah. Tak ada cemilan asin dan manis, tak ada coklat, tak ada aneka bakery kesukaan, tak ada air es dan minuman manis dalam kemasan di siang hari. Hanya ada sedikit nasi atau pengganti nasi, sayuran, sepotong protein, serta buah.

Ah ya, saya juga “agak bandel” sebenarnya. Terkadang, di saat saya benar-benar tidak tahan, saya cemil juga keripik sekeping, dua keping, tiga keping, tombo kepengin. Meskipun setelahnya saya menyesal pakai banget. Bukankan mengikuti slimming program ini adalah keinginan saya agar program diet saya lebih terkontrol? Tapi mengingat tips dari Yulia Baltschun soal step by step. Jadi kalau memang sedang ingin, ya sudah. Asal tidak berlebihan dan setelahnya harus disiplin lagi. Dalam proses “menuju” ke arah diet saya ini, saya memulainya dengan mengganti menu sarapan. Penggunaan minyak pun masih, saya belum bisa lepas dari memasak menggunakan minyak. Solusinya, saya mengganti minyak sawit dengan minyak zaitun atau minyak kedelai.

Tapi, setelah satu bulan berlalu, akhirnya saya menemukan “pola” saya. Saya semakin terbiasa. Minum teh atau jus tanpa gula rasanya juga ternyata enak. Minum air hangat setiap saat (saya minimal 3 liter perhari) ternyata juga menyegarkan, meskipun saya jadi lebih sering ke kamar mandi. Banyak makan buah dan sayur, mengurangi roti-rotian, cemilan, makanan siap saji, dan minuman kemasan, ternyata saya tetap bisa hidup. Hehe. Dan yang terpenting bagi saya, tidak ada ketergantungan suplemen. Begitu habis, ya sudah. Saya boleh tidak mengkonsumsi suplemen lagi karena sudah terpola makannya. Suplemen yang diberikan sebenarnya bukan untuk melangsingkan, tapi menggantikan asupan makanan karena saya harus mengurangi “makanan normal” saya. Ini yang membedakan dengan suplemen diet lain seperti teh-teh pelangsing yang dulu saya konsumsi. Sekitar satu setengah bulan mengikuti pola diet rendah kalori dan diikuti dengan olah raga ini akhirnya saya berhasil menurunkan 6 kilogram. Alhamdulillah.

3. Olah raga yang melibatkan otot. Jika sebelumnya saya hanya mengikuti senam seminggu sekali, atau kalau malas sebulan sekali, kini saya gencar berolah raga atau workout. Di rumah saja. Saya mencari kanal Youtube lain tentang olah raga cardio, HIIT cardio, freeletics, burning calories workout, dan lain sebagainya. Saya mengikuti kanal POPSUGAR Fitness di Youtube dan beberapa kanal lain secara bergantian. Tidak jarang, saya melakukan workout dua kali dalam sehari dengan satu sesi 30 menit minimal.

Rasanya? Luar biasa. Saya yang sebelumnya jarang berkeringat atau susah sekali berkeringat, menjadi lebih mudah berkeringat. Konsumsi air semakin banyak. Badan terasa lebih sehat, bugar, dan kencang di sana-sini. Sakit kepala, nyeri punggung dan persendian, serta sesak napas sudah jauh lebih banyak mereda. Jika sebelum-sebelumnya saya sering kambuh asma jika terkena debu, gejalanya juga semakin berkurang. Dan yang tidak kalah penting, insomnia saya juga berkurang.

4. Dukungan keluarga. Ini penting banget menurut saya. Tanpa dukungan orang-orang terdekat kita, diet program kita juga bisa gagal. Saya sendiri meminta dukungan suami dan anak-anak, misalnya, dengan meminta mereka berhenti mengajak saya makan atau menawari saya “mau makan apa”. Mereka belajar memahami mengapa saya memilih menyingkir dan tidak ikut sarapan di awal-awal saya menjalani diet saya, karena saya “tidak sarapan” normal seperti mereka. Suami juga belajar berlapang dada karena beberapa bahan makanan di rumah perlu diganti ke yang lebih sehat, meskipun belum bisa sempurna seluruhnya.

Tapi yang paling strict di rumah justru si bungsu. Dia yang paling sering mengingatkan saya untuk “menjaga makan” saya. Pernah suatu ketika, saya sedang menyiapkan makanan untuk suami, dia tiba-tiba lari ke dapur karena mendengar tutup rice cooker dibuka. “Siapa itu yang ambil makan?” tanyanya menyelidik. Atau tidak jarang, dia bilang, “Bunda jangan makan nasi (nasi putih), nanti bunda bisa gendut lagi…”. Tidak jarang juga dia memuji saya, “Bunda sekarang sudah kurus…tidak gendut lagi…”. Kalau si sulung, mengatakan bahwa sekarang senang memeluk saya dari belakang kalau naik motor. Katanya, “Bunda dulu segini (merentangkan tangan lebar) tapi sekarang sudah segini, jadi lebih enak pegangannya,”. Hehehe. Alhamdulillaah…

Saya memulai program diet saya di akhir bulan November 2019, dan di akhir bulan April 2020, berat badan saya sudah turun 11 kilogram. Alhamdulillaah. Saya juga menjadi lebih percaya diri. Beberapa pakaian yang dulu teramat sulit digunakan atau bahkan tidak bisa dipakai (saking gemuknya saya) kini bisa dipakai lagi. Sebaliknya, jika sebelumnya menggunakan ukuran L dan XL, kini saya memakai ukuran M, bahkan S! Perut juga lebih rata, gelambir di sana-sini berkurang sangat banyak, kulit wajah juga menjadi lebih halus dan kencang. Alhamdulillaah…maa syaa Allaah.

Saran saya bagi teman-teman yang ingin melakukan diet, bisa menggunakan cara saya ini tanpa harus mengikuti slimming program di body care tertentu. Karena dari segi biaya sangat perlu dipertimbangkan. Teman-teman bisa diet rendah kalori sendiri di rumah, kok. Yang penting, disiplin dan minta dukungan keluarga di rumah. Panduan menu makanan rendah kalori sudah banyak ya. Teman-teman bisa searching di Google. Step by stepnya, ikuti cara yang saya bagikan dari kanal Yulia Baltschun di atas. Saya sudah membuktikan, diet disertai dengan olah raga hasilnya jauh lebih baik untuk mempertahankan berat badan daripada hanya sekedar diet saja. Misalnya, terkadang saya juga ingin ikut suami makan martabak telur atau makan rendang. Ya, saya makan saja. Toh, tidak setiap hari begini. Tapi, setelah makan, saya akan berolah raga lebih giat agar berat badan saya tetap stabil. Selain itu, seperti yang saya bilang, olah raga membuat badan lebih kencang dan sehat.

Nah, segini dulu cerita saya ya? Tetap semangat untuk bisa langsing dan hidup lebih sehat. Tentukan body goal-mu dan mulailah. Dan jangan lupa…jangan percaya yang instan-instan!

About bunda 426 Articles
Hai! Panggil saya Icha atau Bunda Fafa. Seorang perempuan biasa yang bangga menjadi istri dan ibu rumah tangga, dan ingin terus belajar untuk menjadi luar biasa dengan karya dan dedikasi. Saat ini saya berdomisili di Yogyakarta, bersama dengan suami saya tercinta, Mr. E, dan anak-anak kami, Fafa (2010) dan Faza (2014). Enjoy!

4 Comments

  1. Semangat ya bagi yang sedang menjalankan slimming program. Alhamdulillah, saat ini masih aman-aman aja, mungkin apa karena makanan saya yang kurang berprotein, hehehe. Salam kenal bunda…

  2. padahal tanpa PT (personal trainer) ya… bisa sampai 11 kg sungguh hebat mba. Pengin coba juga.
    Jadi, always minum air hangat dan buah ya.
    Mengurangi nasi, lemak, dan minyak yaa.

    • Semoga Allah mudahkan ya, Mba Nidia.
      Untuk keamanan dan kenyamanan, ada baiknya Mba konsultasi dulu ke ahli gizi atau dokter. Tidak setiap workout atau metode diet itu cocok untuk semua orang. Kuncinya olah raga dan mengatur pola makan. Tetapi tentu saja harus menyesuaikan kondisi tubuh masing-masing.

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*


This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.