Anak-anak pada dasarnya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menyadari bahwa mereka bertanggungjawab atas diri mereka masing-masing. Dan meski kita adalah orangtua, dan mereka tahu itu, biasanya mereka akan menolak melakukan sesuatu yang tidak mereka inginkan untuk dilakukan.
Anda tidak perlu kuatir. Karena tahapan ini adalah tahapan yang alami. Sejak usia 2 tahun, anak-anak mulai menyadari fungsi tubuh mereka, mulai menyadari keberadaan mereka untuk menjadi manusia-manusia mandiri. Mereka senang bereksplorasi dan mencoba berbagai hal, bahkan bila hal tersebut membahayakan.
Perilaku anak-anak ini, terkadang terkesan bandel atau nakal. Sehingga secara spontan kita akan mengatakan “kamu anak nakal” kepada mereka. Wow…sebaiknya kita menahan diri terlebih dahulu.Sebab, pada dasarnya, tidak ada anak-anak yang ingin menjadi bandel atau ingin menjadi anak nakal. Namun, kitalah sebagai orangtua yang menciptakan “pribadi nakal” tersebut dengan “vonis” yang terlalu cepat kita jatuhkan untuk mereka.
Lalu, bagaimana caranya untuk memperbaiki perilaku anak-anak ini agar mereka dapat diarahkan menjadi anak-anak yang berperilaku baik?
1. Belajar mendengarkan. Anak-anak akan mulai berbuat ulah manakala mereka merasa dicuekin alias tidak mendapatkan perhatian Anda. Dengan berulah, mereka yakin, meski itu kemarahan Anda, namun mereka mendapatkan perhatian Anda. Nah, mulai sekarang, belajarlah untuk menjadi pendengar yang baik bagi mereka. Sekonyol apapun itu. Yang terpenting adalah kita mampu membuat mereka merasa dihargai dan mampu mengarahkan mereka menjadi lebih baik.
2. Hargai perasaan mereka. Anak-anak adalah anak-anak. Bukan orang dewasa. Mereka belum mengerti kesusahan-kesusahan atau keadaan sulit yang dihadapi oleh orangtua. Pemikiran mereka masih terlalu polos, sehingga mereka belum mengerti bagaimana mereka seharusnya berbuat.
3. Kemukakan pendapat Anda. Meski sebagai orangtua kita memiliki hak untuk mengatur-ngatur dan memberikan mereka perintah serta larangan, tetapi, ada baiknya kita mengutarakannya dalam bentuk pendapat. Hal ini lebih bijak, mengingat anak-anak ini masih berpikiran sangat polos, dan mereka harus belajar untuk menentukan dan membuat sebuah keputusan yang baik bagi diri mereka sendiri. Misalnya, ketika anak Anda tidak mau mandi, kita tidak bisa selalu memarahi dan berteriak-teriak untuk menyuruh mereka mandi. Tapi, coba kemukakan pendapat kita dengan lebih bersahabat; “Menurut ibu, kamu lebih terlihat cantik setelah kamu mandi. Dan akan ada banyak teman yang mau bermain denganmu. Kalau kamu tidak mandi, hmm…ibu pikir teman-temanmu nanti akan menjauhimu dan tidak mau main denganmu.”
4. Biarkan, namun waspada. Ketika anak-anak mulai bertingkah dan ingin mencoba segala sesuatunya, bahkan hal-hal yang berbahaya, cobalah sesekali untuk membiarkan mereka. Biarkan mereka merasakan konsekuensi dari tindakan mereka. Tapi, tentunya, setelah sebelumnya Anda memberitahukan konsekuensi tersebut.
5. Jadilah tempat kembali dan tempat bersandar bagi mereka. Meski mereka melakukan kesalahan, kita sebagai orangtua adalah tempat anak-anak “kembali” di saat mereka dirundung masalah. Sebagai orangtua, sudah seyogyanya kita tidak terlalu menghakimi anak sampai anak harus merasa tidak memiliki siapapun yang mencintai mereka di dunia ini. Ketika mereka melakukan kesalahan, maka kitalah yang seharusnya mengingatkan, serta membantu mereka untuk bersama-sama memperbaiki kesalahan tersebut.
Leave a Reply